
Cinta Ditolak Berujung Perkara
Agama | 2025-02-13 15:56:11
Allah SWT dalam menciptakan manusia memberikan potensi berupa gharizah nau’ atau naluri berkasih sayang dalam menjalani kehidupan sehingga cinta adalah fitrah dalam diri manusia. Akan tetapi, pada kenyataannya potensi yang seharusnya mampu mewujudkan kebaikan juga mampu menyebabkan keburukan bahkan bencana. Seperti halnya pada kasus pembunuhan di Lamongan belum lama ini oleh Anak 16 tahun dengan alasan karena cintanya ditolak. Hal ini terjadi dikarenakan pelaku yang termakan oleh emosinya setelah penolakan tersebut. Miris.
Peristiwa semacam ini tentunya terjadi karena beberapa faktor, mulai dari lemahnya kontrol emosi, minimnya pendidikan moral, bahkan pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan generasi muda. Selain itu, adanya pengaruh lingkungan yang buruk dan kurang suportif dalam mengajarkan kebaikan juga berkontribusi dalam memperburuk kondisi ini, Belum lagi pengaruh media yang tidak dibatasi sehingga menjadi ‘guru’ pada generasi yang rendah literasi.
Hal inilah buah dari sistem kapitalisme. Sekularisme yang merupakan bagian dari sistem kapitalisme dengan paham pemisahan agama dari kehidupan membuat generasi hari ini semakin jauh dari agama. Maka tak heran apabila halal dan haram pun tidak lagi menjadi pertimbangan utama karena paham liberalisme yang menyebar luas sehingga tidak memiliki standar yang tepat dalam menjalani kehidupan. Di sisi lain, kapitalisme juga membuat standar kebahagiaan saat ini hanyalah dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang tanpa adanya batasan yang jelas. Maka tak heran apabila dalam memenuhi tujuannya dengan menghalalkan segala cara, seperti halnya pelampiasan emosi yang berlandaskan hawa nafsu semata.
Peristiwa yang telah disebutkan sejatinya hanyalah salah satu persoalan dibandingkan berbagai persoalan generasi lainnya. Hal ini jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif yakni dengan sistem Islam. Islam menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia atau dengan kata lain membentuk kepribadian Islam.
Selain itu, Islam juga memiliki aturan yang jelas mengenai pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Dalam Islam laki-laki dan perempuan non-mahram hanya dapat berinteraksi dalam kepentingan yang bersifat umum, seperti pendidikan, jual beli, kesehatan, dsb sedangkan dalam kepentingan yang bersifat khas harus didampingi dengan mahramnya atau dengan pertimbangan khusus. Sistem sosial Islam ini tentunya akan menjaga pergaulan agar sesuai dengan syariat Allah. Karena memang dengan aturan ini sajalah interaksi antara laki-laki dan perempuan mampu diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar serta mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral bahkan memicu konflik emosional yang berujung bencana. Maka dari itulah dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya secara menyeluruh kasus tragis seperti ini dapat dicegah hingga akar permasalahannya. Pelajar pun akhirnya dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal shalih, sehingga menjadi generasi hebat taat syariat serta memahami ilmu dengan cemerlang dan menjadi generasi yang gemilang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.