
Romansa di Era Digital: Ketika Sosial Media Menentukan Standar Suatu Hubungan
Edukasi | 2025-02-14 00:44:46Apakah anda juga merasakan bahwa adanya perkembangan media sosial memperluas informasi yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan? Salah satu platform media sosial yang saat ini sedang populer yaitu, TikTok. Berawal dari tren dalgona, sarana hiburan (dance atau cover lagu), penggunaan filter, informasi akan mental health, hingga cara pandang, preferensi dan perilaku dalam hubungan romantis. Hubungan romantis dalam pacaran merupakan hubungan dua arah yang disertai dengan bertatap muka hingga melakukan aktivitas bersama (Straus, 2004) sebagaimana dikutip dalam (Grace et al., 2018). Tiktok banyak sekali menciptakan fenomena yang pada akhirnya viral dan menjadi tren yang umum.

Penggunaan media sosial Tiktok saat ini menunjukkan peningkatan yang signifikan di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Statistic pada 2024, jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai 157,6 juta menjadikannya negara dengan jumlah pengguna terbesar di dunia (CNN INDONESIA, 2024). Selain itu, pengguna di Indonesia juga mencatatkan durasi penggunaan TikTok terlama secara global dengan rata-rata 40 jam 50 menit per bulan (Aminan, 2024). Angka ini menunjukkan betapa tingginya intensitas interaksi pengguna dengan konten yang ada di platform tersebut.
Saat ini, sedang ramai diperbincangkan “pacaran sesuai standar TikTok” fenomena ini muncul sebagai tren di mana pasangan dalam video TikTok sering terlihat menjalani hubungan yang dianggap ideal dan diidolakan oleh banyak orang. Biasanya, mereka menunjukkan penampilan menarik, gaya hidup mewah, dan hubungan yang terlihat sempurna. Hal ini menciptakan pandangan tertentu tentang seperti apa hubungan romantis yang ideal. Tren ini juga memunculkan banyak diskusi tentang bagaimana TikTok mempengaruhi pandangan hubungan romantis dalam kehidupan sehari-hari orang berpacaran.
Fenomena “pacaran sesuai standar TikTok” memberikan dampak signifikan terhadap cara individu memandang dan menjalani hubungan romantis. Salah satu dampak terbesar dari fenomena ini adalah munculnya harapan yang tidak realistis. Tiktok penuh dengan video pasangan yang terlihat menjalani hidup dengan sempurna, mulai dari momen romantis, kejutan manis hingga liburan yang mewah (Gumilang, 2024). Namun, faktanya tidak semua hal yang terjadi di media sosial dapat kita tiru ataupun diaplikasikan di dunia nyata. Konten yang dilihat hanya dalam satu sisi saja dengan kehidupan unrealistic padahal nyatanya terdapat banyak hal yang tidak dapat kita lihat (Rahmawati, 2024).
Dampak lainnya terdapat perbandingan sosial. Yang dimana, pengguna Tiktok secara tidak sadar mulai membandingkan hubungan mereka dengan hubungan ideal di dalam platform tiktok (Gumilang, 2024). Bentuk dari konten atau postingan seperti adanya kalimat “rule no 1: jika pasanganmu tidak memposting fotomu, maka dia sedang menjaga hati orang lain”. Konten-konten tersebut secara tak langsung membentuk ulang pandangan individu mengenai hubungan ideal yang mengakibatkan perbandingan dalam hubungan pribadi dengan hubungan orang lain di TikTok.
Platform media sosial seperti TikTok kerap kali menampilkan hubungan romantis yang tampak sempurna dari para pasangan sejoli, seperti momen manis atau gaya hidup mewah. Hal ini bisa membuat pengguna terutama yang sudah berpasangan membandingkan hubungan mereka dengan standar yang dianggap "ideal", kemudian menimbulkan perasaan kurang puas terhadap hubungan yang mereka jalani dengan pasangan mereka. Teori Perbandingan Sosial dari Festinger (1954) menjelaskan bahwa kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain. Jadi, ketika kita melihat hubungan yang dianggap sebagai “hubungan yang ideal” di TikTok mungkin kita akan merasa bahwa hubungan kita tidak sebaik yang kita lihat di media sosial. meskipun dalam kehidupan nyatanya belum tentu demikian. Karena tidak dapat kita pungkiri bahwa di media sosial hal yang biasa dibagikan hanya menampilkan sisi terbaik yang tidak mencerminkan realitas sepenuhnya.
Perilaku perbandingan sosial di TikTok dapat mempengaruhi cara individu dalam melihat hubungan mereka. Swari & Tobing (2024) menjelaskan bahwa perbandingan sosial pada media sosial melibatkan seringnya terjadi upward comparison, dimana individu membandingkan diri dengan orang yang dianggap lebih unggul. Maka dari itu, hal ini dapat meningkatnya tekanan psikologis dan ekspektasi yang tidak realistis di dalam suatu hubungan. Sesuai dengan teori Festinger (1954) perbandingan sosial fungsinya untuk individu dapat mengevaluasi diri, tetapi juga bisa menimbulkan ketidakpuasan jika standar yang digunakan terlalu tinggi atau tidak realistis.
Media sosial terutama TikTok, telah menjadi platform yang sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu dalam membangun hubungan romantis. Fenomena "pacaran sesuai standar TikTok" menunjukkan bagaimana konten digital dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis, memperkuat perbandingan sosial, dan mempengaruhi cara orang menilai hubungan mereka sendiri. Hal ini relevan dengan Teori Perbandingan Sosial Festinger (1954), yang menjelaskan bahwa individu cenderung melakukan upward comparison dengan standar ideal yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagai contoh, konten yang memperlihatkan pasangan dengan gaya hidup mewah atau sikap romantis yang berlebihan dapat menekan individu untuk mengikuti tren serupa, meskipun hal tersebut tidak realistis atau sesuai kebutuhan mereka.
Karena itu, penting bagi individu menyadari bahwa media sosial hanya mencerminkan sebagian kecil dari realitas dan tidak sepenuhnya menggambarkan hubungan yang sebenarnya. Memahami kompleksitas hubungan dan mengelola ekspektasi dengan pendekatan kritis terhadap konten media sosial dapat membantu meminimalkan tekanan sosial. Sebagai hasilnya, kita dapat menjaga hubungan yang autentik dan mengatasi pengaruh media sosial secara bijaksana.
Daftar Pustaka
Aminan, M. H. (2024, December 4). Pecahkan Rekor! Rata-rata Netizen Indonesia Main TikTok 41 Jam per Bulan. Teknologi.Id. https://teknologi.id/tiktok/pecahkan-rekor-rata-rata-netizen-indonesia-main-tiktok-41-jam-per-bulan
CNN INDONESIA. (2024, October 7). Indonesia Pengguna TikTok Terbanyak di Dunia, Kalahkan AS hingga Rusia . Cnnindonesia.Com.
Festinger, L. (1954). A THEORY OF SOCIAL COMPARISON PROCESSES. SAGE Social Science Collections. https://doi.org/https://doi.org/10.1177/001872675400700202
Grace, S., Pratiwi, P. C., & Indrawati, G. (2018). HUBUNGAN ANTARA RASA PERCAYA DALAM HUBUNGAN ROMANTIS DAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA PEREMPUAN DEWASA MUDA DI JAKARTA. Jurnal Psikologi Ulayat, 5(2). https://doi.org/10.24854/jpu02018-183
Gumilang, satria. (2024). MENELAAH MUNCULNYA FENOMENA “PASANGAN STANDAR TIKTOK” PADA MEDIA SOSIAL TIKTOK TERHADAP FRAGMENTASI GEN Z DALAM MENJALIN HUBUNGAN.
Rahmawati, K. (2024, July 29). Standar Media Sosial Merusak Keindahan Dunia. Mubadalah.Id. https://mubadalah.id/standar-media-sosial-merusak-keindahan-dunia/
Swari, N. K. E. P., & Tobing, D. H. (2024). Dampak Perbandingan Sosial Pada Pengguna Media Sosial: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 10(7), 853–863. https://doi.org/10.5281/zenodo.11194800
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook