
Robohnya Surau Kami: Refleksi Kehidupan Publik Saat Ini
Sastra | 2025-05-16 09:51:42Cerita pendek Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yang terbit pada tahun 80an menceritakan tentang seorang kakek penjaga surau yang merasa sedih setelah mendengar cerita dari pembual, Ajo Sidi. Kakek yang sehari-harinya hanya fokus beribadah kepada Tuhan, membangunkan orang untuk menjalankan ibadah, dan membaca kitab-Nya.
Tidak sekalipun kakek mengingat bahwa ia punya anak dan istri, yang dikerjakannya hanya bertakwa kepada Tuhan.Lalu suatu saat, Ajo Sidi sang pembual sukses di kampungnya itu datang menemui Kakek. Ia mulai melancarkan bualannya kepada Kakek sehingga Kakek merasa murung.Ajo Sidi bercerita bahwa terdapat tokoh yang sudah meninggal dunia bernama Haji Saleh.
Haji Saleh saat dunia hanya fokus beribadah kepada Tuhannya dia hiarukan semua kecuali Tuhannya. Seseorang yang beriman, rajin membaca kitab, dan tentunya sudah pernah berangkat ke Tanah Suci. Suatu hari Haji Saleh mendapat pertanyaan dari Tuhannya tentang apa saja yang ia lakukan saat di dunia. Tentu, Haji Saleh hanya mengatakan bahwa ia hanya beriman kepada Tuhannya itu. Namun, karena hal itulah Haji Saleh masuk ke dalam Neraka-Nya. Haji Saleh tidak terima dan merasa tidak adil, lantas ia mengajak penghuni neraka lainnya untuk berdemo kepada Tuhan.
Setelah berbincang dan melakukan negoisasi, Haji Saleh dan teman-temannya tahu kenapa ia masuk ke dalam neraka-Nya. Karena Haji Saleh hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia beriman kepada Tuhan karena takut masuk neraka, bersedekah kepada orang lain demi imbalan surga, dibiarkan hartanya itu kepada orang lain, dan membiarkan anak cucunya tersiksa.Dari cerita Ajo Sidi, Kakek tersadar bahwa keadaan ia yang sekarang tidak jauh berbeda dengan cerita yang ia dengar.
Karena sebab itu pula Kakek merasa murung sampai pada akhirnya Kakek bunuh diri karena merasa tertekan dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Dari cerpen tersebut dapat kita refleksikan kepada kehidupan saat ini. Mulai dari masyarakat sampai pemimpin-pemimpin negeri ini. Simbol Surau pada cerpen tersebut dapat diibaratkan dengan keadaan negeri yang terancam roboh. Pemimpin yang hanya mementingkan perut sendiri sampai banyak masyarakat yang tersiksa tidak jauh berbeda dengan apa yang ditulis oleh A.A Navis. Masyarakat sekarang yang lebih mementingkan citra diri baik kepada orang lain daripada ke keluarga sendiri. Sehingga cerita pendek tersebut cocok untuk menjadi bahan renungan untuk kita semua.

Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.