Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Odjie Samroji

Harga Sebuah Angka: Di Mana Kejujuran Guru?

Guru Menulis | 2025-06-02 17:09:43
Siswa SD memakai seragam paramuka | Foto : pixabay.com

Di tengah upaya memajukan dunia pendidikan, kita dihadapkan pada sebuah keprihatinan yang kian mencemaskan: lunturnya kejujuran di antara para guru, khususnya dalam praktik pemberian nilai kepada siswa. Guru yang seharusnya menjadi teladan akhlak, justru kadang tergoda untuk memanipulasi hasil belajar demi memenuhi tekanan administratif, kepuasan orang tua, atau target kelulusan. Dalam situasi ini, kejujuran nilai dasar dalam pendidikanberada di ambang bahaya yang tak bisa lagi diabaikan.

Pemberian nilai yang tidak jujur bukan hanya mencederai sistem penilaian, tetapi juga mengkhianati proses pembentukan karakter siswa. Bagaimana mungkin siswa diajarkan kejujuran, jika gurunya sendiri mengabaikan prinsip tersebut? Rasulullah SAW menekankan bahwa kejujuran adalah dasar segala kebaikan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (shiddiqin)." (QS. At-Taubah: 119)

Ayat ini mengandung perintah yang jelas untuk senantiasa menegakkan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam profesi sebagai guru. Guru yang tidak jujur dalam memberikan nilai sejatinya sedang meruntuhkan kepercayaan siswa terhadap pendidikan itu sendiri. Lebih dari itu, ia juga memberi contoh buruk yang dapat menetap dalam karakter anak didiknya. Nilai palsu akan melahirkan prestasi semu, dan prestasi semu tidak akan pernah melahirkan generasi unggul.

Realitas yang terjadi saat ini menyedihkan. Banyak guru merasa tertekan oleh sistem dan akhirnya terjebak dalam praktik “penghalusan” nilai siswa. Nilai siswa yang seharusnya 50 menjadi 70, nilai remedial ditulis penuh, bahkan nilai absensi dan akhlak pun terkadang disesuaikan demi rapor yang tampak “indah”. Padahal, Islam mengajarkan bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan walau berat. Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! Itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al-Ma’idah: 8)

Lebih jauh, praktik manipulasi nilai akan membuat siswa terbiasa hidup dalam ilusi. Mereka merasa sudah cukup baik padahal belum, merasa layak mendapat pujian padahal belum pantas. Generasi seperti ini rentan menghadapi kegagalan ketika masuk dunia nyata, karena selama ini dibiasakan menerima penghargaan tanpa kerja keras yang sepadan. Sebuah bahaya jangka panjang yang tak boleh disepelekan.

Guru harus kembali pada fitrahnya sebagai penjaga nilai-nilai luhur. Sebesar apa pun tekanan yang datang, jangan pernah mengorbankan kejujuran. Pendidikan yang berkarakter tak akan pernah lahir dari sistem yang penuh kepalsuan. Jika kita ingin membentuk generasi yang tangguh, mandiri, dan berintegritas, maka guru harus terlebih dahulu berdiri di atas prinsip yang kokoh. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kini saatnya para pemangku kebijakan pendidikan ikut merenung dan bertindak. Bebaskan guru dari tekanan nilai formalistik, berikan ruang untuk objektivitas, dan dukung keberanian mereka dalam bersikap jujur. Karena pendidikan sejati bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi tentang pembentukan karakter. Dan tak ada karakter yang lebih mendasar dan lebih penting dari kejujuran.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image