
Orkestra Minyak Goreng Terdengar
Guru Menulis | 2022-04-08 09:46:34
Kata "Goreng" dalam bahasa Sunda memiliki arti jelek atau buruk. Kelangkaan minyak goreng dan kenaikan harga minyak goreng seolah memberi panggung kepada banyak orang untuk berbicara, seperti orkestra berujung situasi yang jelek atau buruk karena membuat rakyat negeri ini makin susah di hidup yang susah ini.
Ibu-ibu adalah orang-orang yang pertama bernyanyi karena sulit menemukan minyak di pasar, sementara banyak menu yang harus dimasak menggunakan minyak goreng. Saat belanja di super market stok minyak goreng kosong, ketika ada suplai pembeli langsung berebut. Pengelola super market hanya mengijinkan satu orang pelanggan membeli satu bungkus ukuran 2 kg, sehingga sang suami dan anak-anak diajak ke super market untuk masing-masing membeli satu paket agar stok di rumah tetap aman.
Antrian ibu-ibu mengular dimana-mana bahkan dikabarkan hingga ratusan meter serta ada yang harus bermalam di lokasi antrian menunggu datangnya suplai minyak goreng. Para pedagang ikut orkestra berteriak susah mendapat stok minyak untuk dijual.
Polisi ikut memeriahkan orkestra dengan cara berjualan minyak goreng di kantornya, masyarakat menyerbu dan antrian selalu terlihat dimana ada penjualan minyak goreng, apakah negeri ini sudah cukup aman dan kondusif sehingga polisi menambah pekerjaannya dengan berjualan minyak goreng?
Kapolri menyanyikan orkestra menjamin ketersedian stok minyak goreng dan mengerahkan jajarannya untuk ikut serta bermain orkestra, tetapi minyak goreng tetap tak ada.
Menteri perdagangan menyanyikan lagu mafia minyak goreng bareng anggota DPR, menyatakan ada mafia yang bermain di kelangkaan stok minyak goreng dan menyatakan beberap hari mendatang bakal ada yang jadi tersangka. Hari berjalan hampir sebulan tapi tersangka tak kunjung ditetapkan, anggota DPR pun seolah lupa.
Menteri Perindustrian menyanyikan orkestra dengan bicara menjamin ketersedian, endingnya minyak goreng tersedia di pasaran dengan harga yang jauh melambung.
Mantan Presiden ikut orkestra bilang heran kenapa ibu-ibu rebutan membeli minyak goreng dan selalu memasak menggunakan minyak goreng, padahal makanan bisa direbus. Dibalas orkestra beragam dari netizen.
Presiden yang berkuasa seperti marah pada para menterinya karena empat bulan masalah minyak goreng tak teratasi dan banyak harga-harga komoditas yang naik tanpa lebih dulu melapor padanya. Selanjutnya Presiden pergi ke Jambi memberi BLT kepada rakyat dengan arahan agar dana BLT dipergunakan untuk membeli minyak goreng.
Iwan Fals yang biasa memainkan orkestra yang enak didengar pun kini ikut memainkan orkestra yang jelak atau buruk, liat deh videonya.
Dikabarkan harga bahan baku minyak goreng melambung tinggi di pasaran internasional, sehingga produsen mengekspor produk olahan kelapa sawit ke luar nageri yang berakibat kelangkaan minyak goreng di Indonesia, dan ketika harganya disesuaikan dengan pasar dunia, stok minyak goreng menumpuk lagi di pasaran. Ini baigian orkestra yang juga jelek atau buruk.
Eh, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ikut menyanyikan orkestra karena mungkin sedang tak banyak kerjaan intel, atau urusan minyak goreng kini jadi kerjaan BIN?
Entah sampai kapan orkestra menyak goreng ini terus dimainkan di negeri ini, sampai kapan rakyat negeri ini bisa menerima orkestra yang jelek di telinga, buruk di hati terus terjadi. Saya ikut seta main orkestra dengan cara mengurangi konsumsi gorengan, kalo kamu?
Silahkan mampir ke rumah digital saya di http://dedidwitagama.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.